INFORMASI :

Selamat Datang di Website Resmi Desa Kalipoh Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah // Terwujudnya desa Kalipoh yang aman, sehat, cerdas, berdaya saing, berbudaya dan berakhlaq mulia

Profil dan Sejarah Singkat Desa Kalipoh Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

Profil dan Sejarah Singkat Desa Kalipoh Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

A. LEGENDA DAN SEJARAH DESA

  1. Legenda Desa

Sejarah Desa Kalipoh berawal pada jaman dulu jauh sebelum datangnya imperialisme barat dan tidak bisa dipisahkan dari cerita dari sesepuh Desa yang pada mulanya, Desa Kalipoh merupakan gabungan dari dua Nama yaitu Desa Bacok dan Desa Ranceban. 

Pada waktu itu Desa Bacok merupakan kisah peperangan yang terjadi pada zaman Kerajaan dengan nama Prajuritnya Sosronegoro yang berasal dari Surakarta putra Pakubuwono yang sampai sekarang makamnya dipundi-pudi oleh orang yang mempercayainya dan terkenal dengan peristiwa Bacokan senjata tajam hingga luka sehingga Nama wilayah tersebut lebih dikenal dan dan ditandai dengan nama Desa Bacok, dan wilayah tersebut merupakan dahulnya hamparan sawah yang sangat subur, tapi dengan berlalunya waktu setelah terjadi peperangan tersebut persawahan tersebut menjadi Bahsok (Gabah Bosok) ahirnya tercetuslah nama untuk wilayah Desa itu menjadi Desa Bacok yang diambil dari peristiwa Bacokan dan Bahsok.

Desa Ranceban terletak di sebelah selatan Desa Bacok merupakan daerah pegunungan yang sangat rimbun dalam bahasa dulu Renceb sehingga masih jarang penduduknya, karena Renceb itulah maka dinamai atau menjadi asal mula nama Desa Ranceban.

Dari peristiwa peprangan yang terjadi di Desa Bacok maka para prajurit dan penduduk sekitar yang terluka dibawa ke Desa Ranceban untuk diobati dengan tandu yang terbuat dari Kayu Poh, sebagian banyak yang sembuh, sebagian kecil kembali ke Desa Bacok dan sebagian lagi ahirnya menetap di Desa Ranceban karena takut untuk kembali ke Desa Bacok tapi banyak pula yang tidak tertolong dan ahirnya dimakamkan secara bergerombol atau masal di daerah bukit di wilayah Ranceban, karena waktu itu pemakaman untuk banyak orang maka belum sebaik sekarang, sehingga keluarlah bau Sangit yang sangat menyengat dari makam tersebut, dan dari situlah muncul nama Kuburan Pesangit. Kemudian tandu yang digunakan untuk membawa para prajurit tadi digunakan sebagai tanda (orang Jawa menyebutnya Paesan) di makam itu, Kayu tanda paesan tersebut ahirnya tumbuh dengan rindang dan menyebar kemana-mana.

Desa Ranceban saat itu dipimpin oleh Ki Dipayasa selama 40 tahun, kemudian dilanjutkan oleh Ki Dipasitra selama 6 bulan, beliau mengundurkan diri karena tidak bisa mengatasi banyaknya kejadian pencurian di wilayahnya kemudian digantikan oleh Ki Wangsareja yang memimpin mulai tahun 1830 s/d 1924.

Pada kepemimpinan Ki Wangsareja masih juga banyak terjadi pencurian dan kerusuhan dikedua Desa karena pada musim itu masih musim paceklik, maka Kedua Pemimpin Desa melaksanakan perundingan untuk mengatasi maslah tersebut. Dalam perundingan itu maka Kedua Pemimpin beserta para sesepuh sepakat untuk menggabungkan antara Desa Bacok dengan Desa Ranceban untuk menjadi satu Desa atau yang jaman dulu disebut Blengket atau Blengketan, dengan usulan dari salah satu tokoh teringat pada Kayu Poh yang digunakan sebagai Tandu dan Paesan di Kuburan Pesangit yang sudah tumbuh besar dan menyebar dimana-mana terutama di tepi sungai, sehingga sepakat Belengketan kedua Desa yaitu Desa Bacok dan Desa Ranceban untuk diberi nama Desa Kalipoh. Desa Bacok dan Desa Ranceban menjadi wilayah yang ada di Desa Kalipoh yang disebut Dukuh

2. Sejarah Desa

Setelah Desa Kalipoh terwujud kemudian dilaksanakan pemilihan kepala Desa yang pada masa itu masih dengan sistem Jongkokan (Dodokan) dan terpilihlah Kepala Desa pertama yaitu Ki Atmasentana yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Sebod. Pada masa kepemimpinan Beliau terjadi pemekaran wilayah yang semula hanya dua Dukuh menjadi lima Dukuh, karena pertimbangan Dukuh Ranceban sangat luas dan berbukit-bukit maka dipecah menjadi 4 yaitu Dukuh Pesawahan, Dukuh Kalikumbang dan Dukuh Karang Cengis. Konon menurut cerita dinamai Dukuh Peswahan karena sebagian besar wilayahnya adalah persawahan, Dukuh Kali Kumbang tidak begitu pasti ceritanya tapi wilayahnya banyak sumber air jadi Ngebong, sedangkan Dukuh Karang Cengis dikarenakan sebagian wilayah adalah pegunungan yang banyak karang atau bebatuan.

Beliau (Ki Sebod) mempimpin sampai usia lanjut, setelah itu kemudian diadakan pemilihan dengan sistem memasukan biting (Sodo) maka terpilihlah Atmosuwarno yang bertempat tinggal di Dukuh Bacok merupakan anak dari Ki Sebod Karena kewibawaan beliau dalam memimpin dari Tahun 1945, maka oleh Sitenan/Camat dan dikuatkan oleh Bupati pada tahun 1972 dinobatkan sebagai Kepala Desa sampai Lanjut Usia, beliau memimpin dari tahun 1945 s/d tahun 1989. Dengan alasan lanjut usia maka beliau purna tugas dengan dasar Perda Kabupaten, kemudian diadakan Pemilihan Kepala Desa pertama secara langsung dan terpilihlah Bapak Sumarwan sebagai Kepala Desa ke V dengan masa jabatan dari 1989 s/d 1999, kemudian diadakan pemilihan Kepala Desa lagi dan terpilihlan Bapak Samin Sandulah sebagai Kepala Desa ke VI yang menjabat dari tahun 1999 s/d tahun 2007, kemudian diadakan pemilihan lagi dan terpilihlah Bpak Sidik Fauzi yang menjabat selama 2 periode yaitu dari tahun 2007 s/d 2019. Pada pemilihan tahun 2019 terpilihlah Bapak Sarudin  yang menjabat sebagai Kepala Desa samapi sekarang dan periode samapi tahun 2024.

Sejarah Desa ini disusunn berdasarkan informasi dari para sesepuh yang sedikit banyak mengetahui / mengalami sejarah dari jaman dulu sampai sekarang, apabila apa yang kami tuliskan banyak kekurangan dan kesalahan maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam menuliskan Sejarah Desa ini, maka akan kami perbaiki sesuai dengan informasi dari narasumber yang valid.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter